Sebenernya gue adalah salah satu orang
yang paling gak setuju yang nama y gaya pacaran jaman sekarang, hmz, bukannya
gue sok alim nie, soalnya pacaran jaman sekarang ma jaman dulu itu bedanya jauh
bngt ,,, se jauh bumi dngan pluto mungkin ,,heehehe
Kita bedakan
pacaran jaman dulu dengan pacaran jaman sekarang, kalok jaman dulu sistem anak
muda pacaran kenal waktu, kenal tempat, kenal etika dan sopan santun. Paling
banter juga cuman surat-suratan, Nah kalok jaman sekarang pacaran gak kenal
waktu, tempat, ma etika.Dimanapun tempatnya serasa dunia milik mereka berdua,
kalok udah berduaan gak knal tempat, kandang sapi berubah menjadi istana, hmz,
itu kata mereka,..dan jaman dulu lok mau pacara harus ijin dari rumah lok gak
di ijinin ya udah gak berangkat, jaman sekarang gak di ijinin kabur dari rumah,
itulah yang di namakan gaya pacaran ABG jaman sekarang.
"ga punya pacar ga gaul"
Julukan anak muda sekarang yang sedang jomblo. Malam minggu kelabu (kalau temen mainnya pada sibuk). HP sepi karna ga ada yg bisa diajak smsan (kalaupun ada, itu juga paling tmn PDKT :D). Di FB lajang. Kaga ada yang ngasih semangat kalau kita sedang terpuruk dan tidak bisa diceritakan pada sahabat.
Disitu peran utama sosok pacar. Pacaran
jaman sekarang sama jaman dulu jelas jauh beda, dari cerita yang gue dengar
dari orang tua, dulu mereka pacaran yaah Cuma jalan, ketemuan, makan, ehm ya gt
lah. Bte pzti nya. Haha.
Kalo diperhatiin sekilas, bisa jadi
orang mengganggap pacaran itu nggak ada ruginya. Padahal, banyak juga lho
ruginya. Makanya jangan cuma sekilas merhatiinnya. Nggak percaya? Simak deh
poin-poin berikut:
1. Rugi waktu
Sobat, coba kamu iseng-iseng nanya ke
temen yang pacaran, berapa banyak waktu yang dia berikan untuk pacarnya? A.
satu jam B. dua jam C. satu hari D. satu minggu (kayak soal ujian aja pake
multiple choice ). Jawabannya: nggak ada yang cocok! Sebab ketika ikatan cinta
di antara mereka diucapkan, masing-masing kudu terima konsekuensi untuk ngasih
perhatian lebih buat sang pacar. Itu berarti, harus stand by alias siap setiap
saat jika diperlukan doi (sopir taksi kaleee!). Ini yang bikin repot.
Gimana nggak, waktu yang kita punya
nggak cuma buat ngurusin sang pacar. Emang sih teorinya nggak seekstrim itu.
Biasanya mereka mencoba saling mengerti kalo kekasihnya juga punya kepentingan
lain. Tapi kalo masing-masing minta dimengerti, bisa-bisa muncul sikap egois.
Merasa dirinya paling penting dan paling berhak untuk diperhatikan. Ending
-nya, teori dan praktek sangat jauh panggang dari api. Tetep aja mereka terpaksa
ngorbanin waktu untuk sekolah, kantor, keluarga, atau teman sebaya biar doi
nggak ngambek. Kalo sudah begini, demi mempertahankan pacaran, urusan lain bisa
berantakan. Betul?
2. Rugi pikiran
Sehebat-hebatnya manusia mengelola
alokasi pikiran dan perhatian untuk ngurusin hidupnya, belum tentu dia mampu
mengendalikan rasa cintanya. Asli. Ketika kita jatuh cinta, nggak gampang kita
mikirin urusan laen. Semua pikiran kita selalu mengerucut pada satu objek:
Pacar. Mau ngapain aja selalu teringat padanya. Seperti kata Evi Tamala, � mau makan teringat padamu�. mau tidur
teringat padamu�lihat
cheetah teringat padamu�. ‘ Ups!
Sorry , jangan ngerasa di puji ya. Gubrak!
Nggak heran kalo sitaan pikiran yang
begitu besar dalam berpacaran bisa bikin prestasi belajar menurun. Itu juga
bagi yang berprestasi. Bagi yang nilainya pas-pasan, bisa-bisa kebakaran tuh
nilai rapot. Mereka sulit berkonsentrasi. Meski jasadnya ada dalam kelas belum
tentu pikirannya nangkep penjelasan dari guru. Yang ada, pikirannya tengah melanglang
buana ke negeri khayalan bersama sang permaisuri pujaan hati. Dan nggak akan
sadar sebelum spidol atau penghapus whiteboard mendarat dengan sukses di
jidatnya.
3. Terbiasa nggak jujur
Lucu. Kalo kita ngeliat perilaku standar
remaja yang lagi kasmaran. Di rumah dia uring-uringan karena sakit perut (tapi
bukan diare lho), tapi akibat makan cabe tapi lupa makan goreng bakwannya
karena saking asyiknya nonton Dora the Explorer . Sang ibu pun terpaksa telpon
ke sekolah untuk minta izin. Menjelang siang, tiba-tiba pacar telpon. Nanyain
kabar karena khawatir. Terus dia bilang, �sayang ya kamu nggak sekolah. Padahal
nanti siang aku minta di antar ke toko buku terus hadirin undangan temenku yang
ulang tahun di KFC�‘
Tak lama berselang, keajaiban terjadi.
Tiba-tiba sakitnya sembuh dan siap nganterin doi. Padahal sebelum ditelpon
pacarnya, sang ibu minta tolong dibeliin minyak tanah di warung sebelah rumah,
jawabnya: � nggak kuat jalan Bu. Kan lagi sakit ‘.
Ini baru contoh kecil. Seringkali orang
yang pacaran secara otomatis berbohong, agar terlihat baik bin perfect di mata
pacar.
4. Tekor materi
Sobat, dalam berpacaran, keberadaan
materi sangat menentukan mati hidupnya itu hubungan. Meski ngakunya nggak
begitu mentingin materi, tetep aja kalo nraktir bakso di kantin sekolah atau
nonton hemat di twenty one kudu pake duit.
Yang bikin runyam, kebanyakan dari
remaja yang berpacaran perekonomiannya sangat tergantung dengan jatah yang
dikasih ortu. Pas lagi ada duit, jatah uang saku sebulan ludes dalam hitungan
jam di malam minggu pertama setiap bulan. Kalo lagi nggak punya duit sementara
pacar ngajak jalan, bisa nekat mereka. Nilep uang SPP atau terlibat aksi
kriminal. Repot kan?
Nah sobat, ternyata pacaran tak
selamanya indah. Ada juga ruginya. Banyak malah. Rasanya nggak sebanding dong
kalo kita harus kehilangan waktu luang, prestasi belajar, teman sebaya atau
kedekatan dengan keluarga, karena waktu, pikiran, tenaga, dan materi yang kita
punya, banyak dialokasikan untuk sang pacar. Belum lagi dosa yang kita tabung
selama berpacaran. Padahal pacar sendiri belum tentu bisa mengembalikan semua
yang kita korbankan ketika kita kena PHK alias Putus Hubungan Kekasih. Apalagi
ngasih jaminan kita selamat di akhirat. Nggak ada banget tuh. Rugi kan? Pasti,
gitu lho!
Pacaran, dilarang masuk!
Sobat muda muslim, meski dalam al-Quran
tidak terdapat dalil yang jelas-jelas melarang pacaran, bukan berarti aktivitas
baku syahwat itu diperbolehkan. Pacaran di- black list dari perilaku seorang
muslim karena aktivitasnya, bukan istilahnya.
Orang pacaran pasti berdua-duaan.
Padahal mereka bukan mahram atau suami-istri. Yang kayak gini yang dilarang
Rasul dalam sabdanya: �Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka tidak boleh baginya berkhalwat (bedua-duaan) dengan seorang
wanita, sedangkan wanita itu tidak bersama mahramnya. Karena sesungguhnya yang
ketiga di antara mereka adalah setan� (HR Ahmad)
Kehadiran pihak ketiga alias setan
sering dicuekin oleh orang yang lagi pacaran. Padahal bisikannya bisa bikin
mereka gelap mata bin lupa diri. Cinta suci yang diikrarkan lambat laun ber- metamorfosis
menjadi cinta birahi. Ujung-ujungnya mereka akan dengan mudah terhanyut dalam
aktivitas KNPI alias Kissing , Necking , Petting , sampe Intercousing . Dari
sekadar ciuman hingga hubungan badan. Naudzubillah min dzalik ! Makanya Allah
Swt. telah mengingatkan dalam firmanNya:
Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk. (QS al-Isr� [17]: 32)
Kalo masih ngeyel dengan peringatan
Allah Swt. di atas, dijamin kesengsaraan bakal menimpa kita. Banyak kok fakta
yang berbicara kalo gaya pacaran sekarang lebih didominasi oleh penyaluran
hasrat seksual. Akibatnya, secara tidak langsung pacaran turut membidani
lahirnya masalah aborsi, prostitusi, hingga penyebaran penyakit menular seksual.
Karena itu, pacaran dilarang masuk dalam keseharian seorang muslim. Akur? Kudu!
Agar cinta nggak bikin sengsara
Sobat muda muslim, perlu dicatet kalo
Islam melarang pacaran bukan berarti memasung rasa cinta kepada lawan jenis.
Justeru Islam memuliakan rasa cinta itu jika penyalurannya tepat pada sasaran.
Sebab Allah menciptakan rasa itu pada diri manusia dalam rangka melestarikan
jenisnya dengan kejelasan nasab alias garis keturunan. Karena itu hanya satu
penyaluran yang diridhoi Allah, dicontohkan Rasulullah, dan pastinya tepat pada
sasaran. Yaitu melalui pernikahan. Rasulullah saw bersabda: �Wahai sekalian pemuda, barang siapa yang
sudah mempunyai bekal untuk menikah, menikahlah. Karena sesungguhnya pernikahan
itu dapat memejamkan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang belum
mempunyai bekal untuk menikah, berpuasalah, karena puasa itu sebagai benteng
baginya.� (HR Bukhari dan Muslim)
Untuk mengendalikan rasa cinta pada diri
manusia, Islam juga punya aturan maen yang meminimalisasi fakto-faktor
pembangkit rasa itu. Secara umum, interaksi antara pria dan wanita dalam Islam
hanya diperbolehkan dalam aktivitas yang mengharuskan kerjasama di antara
mereka. Seperti ketika jual beli di pasar, berobat ke dokter, belajar di
sekolah atau kampus, bekerja di kantor, dsb. Dengan catatan, ketika aktivitas
di atas selesai, maka masing-masing kudu kembali kepada habitatnya. Nggak pake
acara curi-curi kesempatan berduaan sehabis sekolah bubar, mau pergi ke pasar,
atau pas berangkat kerja.

Nggak ketinggalan, Islam juga mewajibkan
muslimahnya untuk menutup aurat secara sempurna dan menjaga suaranya agar tidak
mendesah bin mendayu-dayu ketika berkomunikasi dengan lawan jenisnya. Sebab
bisa memancing lawan jenis untuk berinteraksi lebih jauh.Wah, di sinilah perlu
jaga-jaga ya.
Sobat muda muslim, selain dosa, ternyata
pacaran juga banyak ruginya. Makanya kalo virus merah jambu mulai meradang di
hatimu, cuma ada satu solusi jitu: merit binti menikah. Nggak papa kok masih
muda juga. Tapi kalo ngerasa belum mampu, kamu bisa rajin-rajin berpuasa untuk
meredam gejolak nafsu. Dan tentunya sambil terus belajar, mengasah kemampuan,
dan mengenali Islam lebih dalam, jangan lupa perbanyak kegiatan positif: ngaji
dan olahraga, misalnya. Moga kita sukses di dunia dan di akhirat ya. Mau kan?
Mau doooong! Siip.. dah!
No comments:
Post a Comment